Kamis, 14 Maret 2013

Gamelan Sunda


         Gamelan adalah salah satu alat musik yang paling populer dan dikagumi oleh warga internasional. Gamelan sering digunakan sebagai musik pengiring pada kesenian tradisional wayang kulit, wayang orang dan berbagai ritual. Dalam adat Jawa, Gamelan juga digunakan dalam ritual “Temu Manten”. Ritual ini adalah sebuah ritual yang dilakukan untuk mempertemukan kedua calon pengantin. Dalam kepercayaan tradisonal, Gamelan dianggap suci dan dipercaya memiliki kekuatan supranatural. Setiap instrument yang menjadi bagian Gamelan dipercaya memiliki roh. Oleh karena itu, setiap musisi yang memainkan Gamelan harus bermain Gamelan tanpa memakai alas kaki, karena jika memakai alas kaki, dipercaya bahwa hal itu akan mengganggu roh. Melangkahi alat musik Gamelan pun adalah hal yang dilarang keras. Dalam kepercayaan Jawa, Gong Ageng dipercaya sebagai pusat roh dalam Gamelan tersebut. Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat, antara lain :
  • Gamelan Salendro
Gamelan salendro ini biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan dan lain-lain.
  • Gamelan Pelog
Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, akan tetapi kesenian gamelan pelog kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyarakat dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro.
  • Gamelan Degung.
Gamelan degung merupakan kesenian gamelan yang dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat.
  • Gamelan Ajeng
Gamelan ini berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor
  • Gamelan Renteng
Gamelan renteng terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.

        Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, kerajaan Galuh misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai, bebrapa lagu di antaranya :
1.Manintin
2.Galatik Manggut
3.Kintel Buluk
4.Sang Bango

         Sebelumnya waditra (instrumen) gamelan degung hanya terdiri atas koromong (bonang) 13 penclon, cempres (saron panjang) 11 wilah, degung (jenglong) 6 penclon, dan goong satu buah. Kemudian penambahan-penambahan waditra terjadi sesuai dengan tantangan dan kebutuhan musikal, misalnya penambahan kendang dan suling oleh bapak Idi. Gamelan degung kabupaten Bandung, bersama kesenian lain digunakan sebagai musik gending karesmen (opera Sunda) kolosal Loetoeng Kasaroeng tanggal 18 Juni 1921 dalam menyambut Cultuurcongres Java Institut.

          Pada tahun 1926 degung dipakai untuk illustrasi film cerita pertama di Indonesia berjudul Loetoeng Kasaroeng, oleh L. Heuveldrop dan G. Kruger produksi Java Film Company, Bandung. Karya lainnya yang menggunakan degung sebagai musiknya adalah gending karesmen Mundinglaya dikusumah oleh M. Idris Sastraprawira dan Rd. Djajaatmadja di Purwakarta tahun 1931. Setelah Idi meninggal (tahun 1945) degung tersendat perkembangannya. Apalagi setelah itu revolusi fisik banyak mengakibatkan penderitaan masyarakat. Degung dibangkitkan kembali secara serius tahun 1954 oleh Moh. Tarya, Ono Sukarna, dan E. Tjarmedi.

0 komentar: