Gamelan adalah salah satu alat musik yang paling populer dan
dikagumi oleh warga internasional. Gamelan sering digunakan sebagai
musik pengiring pada kesenian
tradisional wayang kulit, wayang orang dan berbagai ritual. Dalam adat
Jawa, Gamelan juga digunakan dalam ritual “Temu Manten”. Ritual ini
adalah sebuah ritual yang dilakukan untuk mempertemukan kedua calon
pengantin. Dalam kepercayaan tradisonal, Gamelan dianggap suci dan
dipercaya
memiliki kekuatan supranatural. Setiap instrument yang menjadi bagian
Gamelan dipercaya memiliki roh. Oleh karena itu, setiap musisi yang
memainkan Gamelan harus bermain Gamelan tanpa memakai alas kaki, karena
jika memakai alas kaki, dipercaya bahwa hal itu akan mengganggu roh.
Melangkahi alat musik Gamelan pun adalah hal yang dilarang keras. Dalam
kepercayaan Jawa, Gong Ageng dipercaya sebagai pusat roh dalam Gamelan
tersebut. Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di
Jawa Barat, antara lain :
- Gamelan Salendro
Gamelan salendro ini biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan dan lain-lain.
Gamelan
pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, akan tetapi
kesenian gamelan pelog kurang begitu berkembang dan kurang akrab di
masyarakat dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat.
Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan
keberadaan gamelan salendro.
Gamelan degung merupakan kesenian gamelan yang dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat.
Gamelan ini berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor
Gamelan
renteng terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat, salah satunya di
Batu Karut, Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval
gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung
yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.
Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu
sungai, kerajaan Galuh misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap
kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi
sungai, bebrapa lagu di antaranya :
1.Manintin
2.Galatik Manggut
3.Kintel Buluk
4.Sang Bango
Sebelumnya waditra (instrumen) gamelan degung hanya terdiri atas
koromong (bonang) 13 penclon, cempres (saron panjang) 11 wilah, degung
(jenglong) 6 penclon, dan goong satu buah. Kemudian
penambahan-penambahan waditra terjadi sesuai dengan tantangan dan
kebutuhan musikal, misalnya penambahan kendang dan suling oleh bapak
Idi. Gamelan degung kabupaten Bandung, bersama kesenian lain digunakan
sebagai musik gending karesmen (opera Sunda) kolosal Loetoeng Kasaroeng
tanggal 18 Juni 1921 dalam menyambut Cultuurcongres Java Institut.
Pada tahun 1926 degung dipakai untuk illustrasi film cerita pertama di
Indonesia berjudul Loetoeng Kasaroeng, oleh L. Heuveldrop dan G. Kruger
produksi Java Film Company, Bandung. Karya lainnya yang menggunakan
degung sebagai musiknya adalah gending karesmen Mundinglaya dikusumah
oleh M. Idris Sastraprawira dan Rd. Djajaatmadja di Purwakarta tahun
1931. Setelah Idi meninggal (tahun 1945) degung tersendat perkembangannya.
Apalagi setelah itu revolusi fisik banyak mengakibatkan penderitaan
masyarakat. Degung dibangkitkan kembali secara serius tahun 1954 oleh
Moh. Tarya, Ono Sukarna, dan E. Tjarmedi.
0 komentar:
Posting Komentar