Pengertian Tato Dalam Seni
Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah tatoage, tatouage, ttitowier, tatuaggio, tatuar, tatuaje, tatoos, tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattos, dan tatu. Tato yang merupakan bagian dari body painting adalah suatu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat sejenis jarum atau benda dipertajam yang terbuat dari flora. Gambar tersebut dihias dengan pigmen berwarna-warni.
Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh (1984:241). Sedangkan dalam Ensiklopedia Americana disebutkan bahwa tatto, tattooing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indication of status, or as mean of obtaining magical protection (1975:312).
Konon kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit (lihat The American Heritage Desk Dictionary). Anne Nicholas dalam “The Art of the New Zealand” menjelaskan bawah kata tato yang berasal dari kata tattau tersebut dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di Tahiti pada 1769, dan di sana is mencatat berbagai fenomena manusia Tahiti yang tubuhnya dipenuhi oleh tato.
Amy Krakov mengungkapkan secara teknis bahwa tato adalah pewarnaan permanen pada tubuh dengan cara diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit (dermis). Secara literer bahasa ekspresi Belanda, tato berarti doe het tap toe yang berarti the signal for closing public houses, given by continuous drum beating or rapping; this rapping or tapping was close to the sound made by early tattoers as they tapped a needle with a small hammer in the process of puncturing the skin.
Proses penusukan jarum dengan tangan (manual) seperti yang diungkapkan di atas hingga kini • masih terdapat di beberapa kebudayaan dunia seperti Samoa, Maori, Mentawai, Burma, hingga Thailand. Dalam bahasa jawa, tato mempunyai makna yang nyaris sama meskipun berbeda, yakni dari kata “tatu” yang juga memiliki kesejajaran makna “luka” atau “bekas luka”, yang menjadi sebuah tanda tertentu dengan kulit lainnya baik di tubuhnya sendiri maupun perbedaan tanda dengan tubuh milik orang lain.
Menurut Kent-Kent, seni tato dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian.
1. Natural, berbagai macam gambar tato berupa pemandangan alam atau bentuk muka.
2. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan blok warna. Tato ini banyak dipakai oleh suku Mauri.
3. Out school, tato yang dibuat berupa gambargambar zaman dulu, seperti perahu, jangkar, atau simbol love yang tertusuk pisau.
4. New school, gambarnya cenderung mengarah ke bentuk grafiti dan anime.
5. Biomekanik, berupa gambar aneh yang merupakan imajinasi dari teknologi, seperti gambar robot, dan mesin.4
Dengan bermacam bentuk dan desain, ini menunjukkan sebuah perkembangan tato ke tahap inovasi, sehingga pada kelanjutannya mampu menggeser imej tabu dan jahat menuju ke ekspresi diri yang kreatif dan inovatif.
Pada zaman dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk menato. Orang Eskimo, misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Pasca ditemukannya alat-alat tato modern, orang-orang pun mulai menggunakan jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakkan dengan mesin dinamo untuk “mengukir”. Pembuatan gambar tersebut secara garis besar dilakukan menurut dua cara. Pertanza, dengan retas tubuh, yang dalam bahasa Inggris disebut scarification, menggores permukaan kulit dengan benda tajam hingga menimbulkan luka dan tanda (tonjolan) pada permukaan kulit. Kedua, dengan cara melubangi permukaan kulit dengan benda tajam yang runcing sesuai dengan gambar yang dinginkan, kemudian tinta/zat cair berwarna dimasukkan ke bawah permukaan kulit.
Dalam hal penandaan di dalam tubuh, Victor Turner membagi dua macam teknik penandaan, yakni scarification dan cicatrization. Penandaaan pertama menunjukkan teknik penandaan pada tubuh dengan cara penggoresan sehingga menimbulkan beberapa luka yang panjang dan lurus di permukaan kulit tubuh. Sementara, yang kedua menunjukkan penandaan tubuh dengan cara menyobek kulit dan menyumpalkan sesuatu barang ke dalam kulit tersebut. Dalam menghasilkan penandaan pada tubuh tersebut, bahan pewarnanya dapat berupa arang, cat, tinta, pasta, hingga bubuk. Penggunaan tato berdasar dua hal di atas dapat kita jumpai pada masyarakat Kepulauan Paisifik, Afrika, dan Amerika.
Sumber
Tato Oleh Hatib Abdul Kadir Olong
Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh (1984:241). Sedangkan dalam Ensiklopedia Americana disebutkan bahwa tatto, tattooing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indication of status, or as mean of obtaining magical protection (1975:312).
Konon kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit (lihat The American Heritage Desk Dictionary). Anne Nicholas dalam “The Art of the New Zealand” menjelaskan bawah kata tato yang berasal dari kata tattau tersebut dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di Tahiti pada 1769, dan di sana is mencatat berbagai fenomena manusia Tahiti yang tubuhnya dipenuhi oleh tato.
Amy Krakov mengungkapkan secara teknis bahwa tato adalah pewarnaan permanen pada tubuh dengan cara diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit (dermis). Secara literer bahasa ekspresi Belanda, tato berarti doe het tap toe yang berarti the signal for closing public houses, given by continuous drum beating or rapping; this rapping or tapping was close to the sound made by early tattoers as they tapped a needle with a small hammer in the process of puncturing the skin.
Proses penusukan jarum dengan tangan (manual) seperti yang diungkapkan di atas hingga kini • masih terdapat di beberapa kebudayaan dunia seperti Samoa, Maori, Mentawai, Burma, hingga Thailand. Dalam bahasa jawa, tato mempunyai makna yang nyaris sama meskipun berbeda, yakni dari kata “tatu” yang juga memiliki kesejajaran makna “luka” atau “bekas luka”, yang menjadi sebuah tanda tertentu dengan kulit lainnya baik di tubuhnya sendiri maupun perbedaan tanda dengan tubuh milik orang lain.
Menurut Kent-Kent, seni tato dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian.
1. Natural, berbagai macam gambar tato berupa pemandangan alam atau bentuk muka.
2. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan blok warna. Tato ini banyak dipakai oleh suku Mauri.
3. Out school, tato yang dibuat berupa gambargambar zaman dulu, seperti perahu, jangkar, atau simbol love yang tertusuk pisau.
4. New school, gambarnya cenderung mengarah ke bentuk grafiti dan anime.
5. Biomekanik, berupa gambar aneh yang merupakan imajinasi dari teknologi, seperti gambar robot, dan mesin.4
Dengan bermacam bentuk dan desain, ini menunjukkan sebuah perkembangan tato ke tahap inovasi, sehingga pada kelanjutannya mampu menggeser imej tabu dan jahat menuju ke ekspresi diri yang kreatif dan inovatif.
Pada zaman dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk menato. Orang Eskimo, misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Pasca ditemukannya alat-alat tato modern, orang-orang pun mulai menggunakan jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakkan dengan mesin dinamo untuk “mengukir”. Pembuatan gambar tersebut secara garis besar dilakukan menurut dua cara. Pertanza, dengan retas tubuh, yang dalam bahasa Inggris disebut scarification, menggores permukaan kulit dengan benda tajam hingga menimbulkan luka dan tanda (tonjolan) pada permukaan kulit. Kedua, dengan cara melubangi permukaan kulit dengan benda tajam yang runcing sesuai dengan gambar yang dinginkan, kemudian tinta/zat cair berwarna dimasukkan ke bawah permukaan kulit.
Dalam hal penandaan di dalam tubuh, Victor Turner membagi dua macam teknik penandaan, yakni scarification dan cicatrization. Penandaaan pertama menunjukkan teknik penandaan pada tubuh dengan cara penggoresan sehingga menimbulkan beberapa luka yang panjang dan lurus di permukaan kulit tubuh. Sementara, yang kedua menunjukkan penandaan tubuh dengan cara menyobek kulit dan menyumpalkan sesuatu barang ke dalam kulit tersebut. Dalam menghasilkan penandaan pada tubuh tersebut, bahan pewarnanya dapat berupa arang, cat, tinta, pasta, hingga bubuk. Penggunaan tato berdasar dua hal di atas dapat kita jumpai pada masyarakat Kepulauan Paisifik, Afrika, dan Amerika.
Sumber
Tato Oleh Hatib Abdul Kadir Olong
0 komentar:
Posting Komentar